Merkuri sebagai logam transisi dapat membentuk radikal bebas.
Merkuri mempunyai bentuk sebagai Thiol yang dapat mengikat Selenium dan menjadi
bentuk yang tidak larut dalam air. Hal ini dapat menurunkan kemampuan antioksidan
dan meningkatkan jumlah radikal bebas dan asam lemak peroksidase dalam tubuh
manusia. Kondisi ini mungkin dapat sebagai risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Hasilnya menunjukkan bahwa kadar merkuri pada potongan kuku 15 persen
lebih tinggi pada pasien yang menderita MI dibanding laki-laki yang sehat ( 95
% CI, 5-25 %), dengan Odd Ratio 2.16 (95 % CI, 1.09-4.29;P value = 0.006).
Sedangkan kadar DHA berhubungan terbalik dengan risiko MI ( Odd ratio: 0.59;95
% CI, 0.30 – 1.19; P value = 0.02).
Penelitian lain dilakukan di Finlandia Timur, yang mengamati
efek dari kadar merkuri pada rambut terhadap risiko kejadian penyakit jantung akut, kardiovaskular dan semua penyebab kematian pada
laki-laki .
Penelitian dilakukan secara Kohort pada 1871 laki-laki berumur 42 –
60 tahun yang tidak mengalami penyakit jantung koroner , atau stroke pada awal
penelitian. Selama masa pengamatan 13.9 tahun, terjadi 282 kejadian jantung
akut, 132 penyakit kardiovaskuler, 91 penyakit jantung koroner dan 525
kematian.
Laki-laki yang mempunyai kadar merkuri tinggi dalam rambut ( >
2.03 µg/g) mempunyai 1.60 kali risiko kejadian penyakit jantung akut ( 95 % CI,
1.24 – 2.06), 1.68 kali risiko kardiovaskular (95 % CI, 1.15 – 2.44), 1.56 kali
risiko jantung koroner ( 95 % CI, 0.99-2.46) dan 1.38 kali risiko komplikasi
kematian lain (95 % CI, 1.15- 1.66) dibanding laki-laki dengan kadar merkuri
rendah.
Penelitian yang mendapatkan hasil yang berlawanan dilakukan
di Amerika, yang mengamati hubungan antara kadar merkuri pada kuku dengan
risiko kejadian jantung koroner Penelitian dilakukan secara Nested Case
Control pada 33.737 laki-laki umur 40 sampai 75 tahun yang berprofesi sebagai
profesional kesehatan.
Selama 5 tahun masa pengamatan ditemukan 470 kasus
jantung koroner. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar merkuri berhubungan dengan
konsumsi ikan (Spearman r = 0.42, P value = 0.001). Tapi kadar merkuri tidak
mempunyai hubungan significant dengan penyakit jantung koroner ( 95 %,
0.63-1.50; P value = 0.78).
Adanya beberapa penelitian yang mendapatkan hasil bertolak
belakang karena efek paparan bervariasi diantara populasi dan dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor.
Pada penelitian di Eropa dan Israel potongan kuku dan sampel
jaringan adiposa diambil segera setelah mereka mendapat serangan jantung.
Potongan kuku dikatakan merupakan bagian yang paling reliable untuk menunjukkan
paparan merkuri dalam jangka panjang.1Sedangkan pada penelitian di Finlandia
timur menggunakan potongan rambut, yang dikatakan merupakan indikator yang
bagus juga untuk menunjukkan tingginya paparan merkuri.
Ada 3 bentuk merkuri : merkuri elemental, merkuri inorganik
dan merkuri organik. Paparan merkuri organik dalam bentuk methyl merkuri hanya
didapatkan dari konsumsi ikan, kerang dan hewan-hewan laut.
Ikan predator
seperti ikan pedang dan hiu mempunyai konsentrasi merkuri paling tinggi (±
1µg/g);ikan tuna dan salmon mempunyai konsentrasi sedang (0.1-0.5 1µg/g); dan
kebanyakan dari kerang mempunyai konsentrasi yang paling rendah.
Populasi yang
mengkonsumsi merkuri dalam jangka panjang dari laut atau danau yang
terkontaminasi akan menyumbang sejumlah besar intake merkuri dalam tubuh.
Mekanisme efek merkuri terhadap penyakit jantung koroner
adalah dengan menurunkan kemampuan antioksidan di plasma dan sel, serta
meningkatkan jumlah tekanan radikal bebas dan asam lemak peroksidase pada
membran sel dan lipoprotein. Hal ini karena merkuri adalah logam transisi yang
berfungsi sebagai katalis pada reaksi tipe Fenon, yang menghasilkan bentuk
radikal bebas.
Merkuri juga mempunyai daya ikat kuat untuk kelompok sulfhydryl,
yang menyebabkan antioksidative thiolic seperti glutathionin, katalase dan
superoksidase dismutase menjadi tidak aktif.
Selain itu gabungan bentuk merkuri
yang tidak larut air dengan selenium menyebabkan selenium sebagai bentuk yang
tidak aktif , sehingga tidak dapat berfungsi sebagai sumber katalis (sebagai
selenocysteine) dari gluthathione peroxsidase, yang membersihkan H2O2 dan asam
lemak peroksidase.
Sedangkan pada penelitian di Amerika, dikatakan bahwa tidak
adanya hubungan antara kadar merkuri dengan penyakit jantung karena kecilnya
jumlah paparan. Selain itu pengaruh n-3 asam lemak pada ikan mungkin dapat
menyeimbangkan efek dari merkuri. Kombinasi kadar merkuri yang tinggi dan kadar
selenium yang rendah, merupakan faktor lain yang akan memperkecil risiko
penyakit jantung koroner.3
Konsumsi ikan dalam jangka panjang terutama dari sumber laut
atau danau yang terkontaminasi merkuri, perlu diwaspadai. Paparan merkuri
berbentuk methyl merkuri dalam ikan berbahaya sebagai faktor risiko penyakit
jantung. Oleh karena itu perlu adanya perhatian terhadap pencemaran merkuri di
perairan agar kita dapat mengkonsumsi ikan secara aman dan mendapatkan manfaat
gizinya secara optimal.
REFERENSI
1. Virtanen, Jyrki K, Sari Voutilainen, Tiina H. Rissanen, et
al. Mercury, Fish Oil, and Risk of Acute Coronary Events and Cardiovascular
Disease, Coronary Heart Disease, and All-Cause Mortality in Men in Eastern
Finland. Arteroscler. Thromb. Vasc. Bio. 2005;25;228-223
2. Gualar E, Sanz-Gallardo MI, Van’t Veer P, et al. Mercury,
Fish Oils, and The Riskof Myocardial infarction. N Engl J Med.
2002;347:1747-1754
3. Yoshigawa K, Rimm EB, Morris JS, et al. Mercury and The
Risk of Coronary Heart Disease in Men. N Engl J Med. 2002;347:1755-1760