Nama Vitamine pertama diusulkan oleh Funk dalam bukunya The Etiologi of Deficiency Diseases yang diterbitkan pada tahun 1912. Vita berarti esensial untuk kehidupan, adapun Amine karena sedangkan faktor anti beri-beri diduga berada dalam suatu ikatan Amine.
Pada tahun 1920 istilah Vitamine diganti dengan vitamin karena zat-zat anti faktor tersebut ternyata tidak selalu dalam bentuk ikatan Amine. Perubahan nama tersebut diusulkan oleh Drummond, yang juga mengusulkan pemberian nomenklatur menurut abjad.
Penemuan vitamin A oleh McCollum dan Davis pada tahun 1913 menandakan era
vitamin dalam penelitian gizi. Vitamin kemudian diakui sebagai zat gizi yang
esensial untuk kehidupan dan kesehatan, yang dapat diperoleh dari susunan
makanan yang bervariasi.
Mineral Kalsium baru ditemukan pada tahun 1808. Mineral lain yaitu
zat besi ditemukan oleh Boussingingault pada abad yang sama. Boussingault menemukan zat besi sebagai zat
esensial dan meneliti kadar zat besi hewan. Adapun Liebig menemukan kemungkinan
zat besi sebagai pembawa oksigen dalam sel darah merah. Penggunaan zat besi untuk menyembuhkan anemia mendapat
pengakuan pada tahun 1840.
Penelitian tentang cairan tubuh dilakukan oleh Ringer pada tahun 1885 dan Locke pada tahun 1900. Mereka menemukan bahwa cairan tubuh memerlukan konsentrasi elektrolit tertentu. Ringer menemukan bahwa larutan yang mengandung natrium klorida, kalium, dan kalsium klorida diperlukan untuk mempertahankan integritas fungsional jaringan hewan yang diisolasi, adapun Locke kemudian menambahkan natrium bikarbonat dalam penelitian tersebut.
Loeb pada awal ke-20
melanjutkan penelitian tentang pengaruh berbagai konsentrasi garam natrium,
kalium, dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup. Penelitian-penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa unsur-unsur
mineral merupakan zat gizi yang mutlak diperlukan untuk fungsi tubuh dan harus
dipenuhi melalui makanan. Hubungan
kadar Iodium dalam makanan dan air minum dengan pembengkakan kalenjar tiroid
ditemukan pada awal abad ke-20.
0 komentar:
Posting Komentar