Apakah anda pernah mendengar nama logam Merkuri? Merkuri adalah logam berat yang paling reaktif dan dikatakan sebagai salah satu racun alam yang paling berbahaya. Paparan racun dari merkuri dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kerusakan di sistem syaraf dan ginjal.
Merkuri sebagai logam transisi dapat membentuk radikal bebas. Merkuri mempunyai bentuk sebagai Thiol yang dapat mengikat Selenium dan menjadi bentuk yang tidak larut dalam air. Hal ini dapat menurunkan kemampuan antioksidan dan meningkatkan jumlah radikal bebas dan asam lemak peroksidase dalam tubuh manusia. Kondisi ini mungkin dapat sebagai risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Konsumsi ikan adalah sumber utama paparan merkuri, terutama dalam bentuk methyl merkuri. Konsumsi ikan atau minyak ikan (rantai panjang n-3 asam lemak tak jenuh ganda) sudah lama direkomendasikan untuk mencegah penyakit kardiovaskuler. Tapi beberapa penelitian masih kontradiksi terhadap hal ini, para peneliti mencurigai adanya paparan methyl merkuri melalui konsumsi ikan dapat menjadi faktor risiko lain terhadap penyakit jantung.
MERKURI DAN PENYAKIT JANTUNG
Sebuah penelitian nested case control yang dilakukan di 8 negara Eropa dan Israel , mendapatkan hasil bahwa paparan merkuri pada potongan kuku berhubungan dengan risiko Mycardial Infarction (MI) pada laki-laki.
Penelitian lain dilakukan di Finlandia Timur, yang mengamati
efek dari kadar merkuri pada rambut terhadap risiko kejadian penyakit jantung akut, kardiovaskular dan semua penyebab kematian pada
laki-laki .
Penelitian dilakukan secara Kohort pada 1871 laki-laki berumur 42 – 60 tahun yang tidak mengalami penyakit jantung koroner , atau stroke pada awal penelitian. Selama masa pengamatan 13.9 tahun, terjadi 282 kejadian jantung akut, 132 penyakit kardiovaskuler, 91 penyakit jantung koroner dan 525 kematian.
Laki-laki yang mempunyai kadar merkuri tinggi dalam rambut ( > 2.03 µg/g) mempunyai 1.60 kali risiko kejadian penyakit jantung akut ( 95 % CI, 1.24 – 2.06), 1.68 kali risiko kardiovaskular (95 % CI, 1.15 – 2.44), 1.56 kali risiko jantung koroner ( 95 % CI, 0.99-2.46) dan 1.38 kali risiko komplikasi kematian lain (95 % CI, 1.15- 1.66) dibanding laki-laki dengan kadar merkuri rendah.
Penelitian yang mendapatkan hasil yang berlawanan dilakukan
di Amerika, yang mengamati hubungan antara kadar merkuri pada kuku dengan
risiko kejadian jantung koroner Penelitian dilakukan secara Nested Case
Control pada 33.737 laki-laki umur 40 sampai 75 tahun yang berprofesi sebagai
profesional kesehatan.
Selama 5 tahun masa pengamatan ditemukan 470 kasus jantung koroner. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar merkuri berhubungan dengan konsumsi ikan (Spearman r = 0.42, P value = 0.001). Tapi kadar merkuri tidak mempunyai hubungan significant dengan penyakit jantung koroner ( 95 %, 0.63-1.50; P value = 0.78).
Adanya beberapa penelitian yang mendapatkan hasil bertolak
belakang karena efek paparan bervariasi diantara populasi dan dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor.
Pada penelitian di Eropa dan Israel potongan kuku dan sampel
jaringan adiposa diambil segera setelah mereka mendapat serangan jantung.
Potongan kuku dikatakan merupakan bagian yang paling reliable untuk menunjukkan
paparan merkuri dalam jangka panjang.1Sedangkan pada penelitian di Finlandia
timur menggunakan potongan rambut, yang dikatakan merupakan indikator yang
bagus juga untuk menunjukkan tingginya paparan merkuri.
Ada 3 bentuk merkuri : merkuri elemental, merkuri inorganik
dan merkuri organik. Paparan merkuri organik dalam bentuk methyl merkuri hanya
didapatkan dari konsumsi ikan, kerang dan hewan-hewan laut.
Ikan predator seperti ikan pedang dan hiu mempunyai konsentrasi merkuri paling tinggi (± 1µg/g);ikan tuna dan salmon mempunyai konsentrasi sedang (0.1-0.5 1µg/g); dan kebanyakan dari kerang mempunyai konsentrasi yang paling rendah.
Populasi yang mengkonsumsi merkuri dalam jangka panjang dari laut atau danau yang terkontaminasi akan menyumbang sejumlah besar intake merkuri dalam tubuh.
Mekanisme efek merkuri terhadap penyakit jantung koroner
adalah dengan menurunkan kemampuan antioksidan di plasma dan sel, serta
meningkatkan jumlah tekanan radikal bebas dan asam lemak peroksidase pada
membran sel dan lipoprotein. Hal ini karena merkuri adalah logam transisi yang
berfungsi sebagai katalis pada reaksi tipe Fenon, yang menghasilkan bentuk
radikal bebas.
Merkuri juga mempunyai daya ikat kuat untuk kelompok sulfhydryl, yang menyebabkan antioksidative thiolic seperti glutathionin, katalase dan superoksidase dismutase menjadi tidak aktif.
Selain itu gabungan bentuk merkuri yang tidak larut air dengan selenium menyebabkan selenium sebagai bentuk yang tidak aktif , sehingga tidak dapat berfungsi sebagai sumber katalis (sebagai selenocysteine) dari gluthathione peroxsidase, yang membersihkan H2O2 dan asam lemak peroksidase.
Sedangkan pada penelitian di Amerika, dikatakan bahwa tidak
adanya hubungan antara kadar merkuri dengan penyakit jantung karena kecilnya
jumlah paparan. Selain itu pengaruh n-3 asam lemak pada ikan mungkin dapat
menyeimbangkan efek dari merkuri. Kombinasi kadar merkuri yang tinggi dan kadar
selenium yang rendah, merupakan faktor lain yang akan memperkecil risiko
penyakit jantung koroner.3
Konsumsi ikan dalam jangka panjang terutama dari sumber laut
atau danau yang terkontaminasi merkuri, perlu diwaspadai. Paparan merkuri
berbentuk methyl merkuri dalam ikan berbahaya sebagai faktor risiko penyakit
jantung. Oleh karena itu perlu adanya perhatian terhadap pencemaran merkuri di
perairan agar kita dapat mengkonsumsi ikan secara aman dan mendapatkan manfaat
gizinya secara optimal.
REFERENSI
1. Virtanen, Jyrki K, Sari Voutilainen, Tiina H. Rissanen, et
al. Mercury, Fish Oil, and Risk of Acute Coronary Events and Cardiovascular
Disease, Coronary Heart Disease, and All-Cause Mortality in Men in Eastern
Finland. Arteroscler. Thromb. Vasc. Bio. 2005;25;228-223
2. Gualar E, Sanz-Gallardo MI, Van’t Veer P, et al. Mercury,
Fish Oils, and The Riskof Myocardial infarction. N Engl J Med.
2002;347:1747-1754
3. Yoshigawa K, Rimm EB, Morris JS, et al. Mercury and The
Risk of Coronary Heart Disease in Men. N Engl J Med. 2002;347:1755-1760