Ada
dua hal penting yang berhubungan dengan kesehatan anak sekolah, yaitu status
gizi dan tingkat kesegaran jasmani. Status gizi mencerminkan kondisi fisik
seseorang, sedangkan kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Hasil
analisis data kesegaran jasmani yang dikumpulkan pada kegiatan Sport Devoplemt Index tahun 2006
menunjukkan bahwa kesegaran jasmani masyarakat Indonesia 37,4 % masuk kategori
kurang sekali, 43,90% kurang, 13,55 %
sedang dan hanya 5,15 % yang masuk kategori baik dan baik sekali (Kemenegpora,
2007). Hal ini cukup memprihatinkan karena tingkat kesegaran jasmani yang
sangat rendah di Indonesia.
Sedangkan
apabila ditinjau dari status gizi, menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007) di
Indonesia prevalensi anak sekolah laki-laki kurus sebanyak 13,3 % dan perempuan
sebanyak 10,9 %. Adapun prevalensi anak sekolah laki-laki gemuk sebanyak 9,5 %
dan perempuan sebanyak 6,4 %.
Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan status gizi dan tingkat
kesegaran jasmani pada anak sekolah penting dilakukan. Data yang terkumpul akan dapat dipergunakan untuk
merencanakan progam kesehatan sekolah untuk menanggulangi gangguan kesehatan
anak sekolah yang terjadi.
PELATIHAN PENILAIAN STATUS GIZI DAN TKJI
Mengingat pentingnya penilaian status gizi dan tingkat
kesegaran jasmani pada anak sekolah dasar maka pada tanggal 26 Mei 2012 sudah
dilakukan Pelatihan Penerapan Metode Antropometri dan Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia (TKJI) untuk Menilai Status Gizi dan Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Sekolah
Dasar di SDN 1 Purwokerto Kulon, Kecamatan Purwokerto Selatan dengan sasaran
peserta adalah para guru penjas dan kepala sekolah se Purwokerto Selatan.
Pelatihan
ini dilakukan oleh Tim pengabdian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
yang diketuai oleh saya sendiri bersama dengan tim Kusnandar, S.Pd, M.Kes dan
Nur Ulfah, SKM, M.Sc, sebagai bagian dari aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,
yaitu Dharma Pengabdian kepada masyarakat.Pelatihan dibuka oleh Kepala Unit Pendidikan Kecamatan Purwokerto Selatan Drs. Agus Wahidin, M.M.Pd.
Sebelum materi diberikan, dilakukan
uji pretest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
para peserta tentang status gizi dan tes kesegaran jasmani. Setelah materi
diberikan juga dilakukan pos test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan yang
sudah peserta serap selama pelatihan.
Sebagai penghargaan diberikan Doorprize
untuk peserta dengan nilai pretest tertinggi yang diraih oleh Endrayani dari
SDN 3 Purwokerto Kulon. Doorprize lainnya juga diberikan kepada peserta yang
beruntung sesuai dengan undian. Selain itu peserta juga diberikan modul
pelatihan berisi materi tentang Metode Antropometri dan Tes Kesegaran Jasmani.
Berikut adalah secara sekilas isi materi modul yang diberikan.
MATERI 1: METODE ANTROPOMETRI UNTUK MENILAI STATUS GIZI
Penilaian status gizi secara
langsung yang banyak digunakan adalah penilaian dengan menggunakan metode Antropometri.
Antropometri berasal dari kata anthropos
dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh .Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit .
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang digunakan untuk
anak sekolah umur 5- 18 tahun
yaitu yaitu Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Sebelumnya IMT hanya dapat
digunakan untuk orang dewasa, tapi melalui website resminya (http://www.who.org) Mulai
tahun 2007 World Health Organization (WHO)
telah meresmikan penggunakan IMT untuk anak sekolah usia 5-18 tahun.
Di Indonesia juga sudah
diberlakukan berdasar Kepmenkes RI No.
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi
anak, untuk anak usia 5-18 tahun penilaian status gizi antropometrinya
menggunakan IMT.
Indeks massa tubuh merupakan
kombinasi antara pengukuran berat badan dan tinggi badan. Rumus Indeks Massa
Tubuh :
BB (dlm kg)/TBXTB (dlm Meter)
Untuk anak usia 5-18 tahun kita tidak bisa
langsung mengambil nilai IMT untuk mengkatagorikan dalam kategori normal atau
lebih/kurang, tapi harus dibandingkan dulu dengan Standar Deviasi menurut tabel/grafik IMT anak sekolah yang
dikeluarkan oleh WHO. Berikut adalah kategorinya
NO
|
KATEGORI
|
NILAI
|
1.
|
OBESITAS
|
>+2SD
|
2.
|
OVER WEIGHT (GEMUK)
|
>+1 SD sampai dengan +2 SD
|
3.
|
NORMAL
|
-2 SD sampai dengan +1 SD
|
4.
|
KURUS
|
-3 SD sampai dengan -2 SD
|
5.
|
SANGAT KURUS
|
< -3 SD
|
MATERI 2: TES KESEGARAN JASMANI UNTUK ANAK
SEKOLAH DASAR
Menurut Kementrian
Pendidikan Nasional (2010) Kesegaran jasmani atau kata lain Physical Fitness adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut
dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dan bekerja secara optimal dan
efisien.
Komponen yang berkaitan dengan tingkat kesegaran
jasmani ada 8 komponen yaitu :
- Daya tahan (endurance)
- Kecepatan (speed)
- Kekuatan (strenght)
- Keseimbangan (balance)
- Kelincahan (agalyty)
- Koordinasi (coordination)
- Kelentukan ( flexibility
)
- Tenaga
Eksposif
Dalam Lokakarya Kesegaran Jasmani tahun 1984 telah
disepakati instrumen untuk menilai kesegaran jasmani yang disebut Tes Kesegaran
Jasmani Indonesia (TKJI). Instrumen ini ditetapkan berlaku untuk seluruh
Indonesia karena disusun berdasarkan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi untuk
4 kelompok umur, yaitu kelompok umur 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan
16-19 tahun. Umur rata-rata anak yang duduk di bangku sekolah dasar adalah 6-12
tahun, sehingga menggunakan 2 metode TKJI yaitu untuk umur 6-9 tahun dan umur
10-12 tahun.
Rangkaian
TKJI untuk anak umur 6-9 tahun terdiri dari :
(1). Lari 30 meter
: untuk mengukur kecepatan
(2) Gantung siku
tekuk : mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan otot bahu
(3) Baring duduk 30
detik : mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
(4) Loncat tegak :
untuk mengukur tenaga eksposif
(5) Lari 600 meter
: mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan paru-paru
Rangkaian TKJI untuk anak umur 10-12 tahun
terdiri dari
(1). Lari 40 meter : untuk mengukur kecepatan
(2) Gantung siku tekuk : mengukur kekuatan dan ketahanan
otot lengan dan otot bahu
(3) Baring duduk 30 detik : mengukur kekuatan dan
ketahanan otot perut
(4) Loncat tegak : untuk mengukur tenaga eksposif
(5) Lari 600 meter : mengukur daya tahan jantung,
peredaran darah dan paru-paru
Untuk butir tes
lari dan gantung siku tekuk menggunakan satuan ukuran waktu (menit dan detik),
butir tes baring duduk menggunakan satuan ukuran jumlah hitungan gerak, adapun
untuk butir tes loncat tegak menggunakan satuan tinggi (cm).
Hasil ukurnya kemudian dibandingkan dengan tabel nilai TKJI untuk kemudian
ditentukan klasifikasinya termasuk dalam kategori kurang sekali- baik sekali
dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Tim pengabdian mengucapkan banyak terimakasih
kepada Drs. Agus Wahidin, M.M.Pd selaku Kepala Unit Pendidikan Purwokerto Selatan, Ibu Rasini selaku kepala sekolah SDN 1 Purwokerto Kulon yang telah
menyediakan tempat penyelenggaraan dan kepada bapak Muhirin selaku koordinator
lapangan.
Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan siswa sekolah dasar.