Kamis, 12 September 2019

Budaya Membaca dan Edukasi Gizi pada Anak



Banyak orang tua yang khawatir anaknya kekurangan gizi. Apalagi dengan  semakin berkembangnya industri makanan yang hanya mengedepankan kelezatan makanan tanpa mempertimbangkan nilai gizi di dalamnya. Hal ini ditandai dengan menjamurnya Fast Food di perkotaan yang bahkan sekarang sudah merambah ke daerah pedesaan. Makanan yang dijual di gerai Fast Food biasanya tinggi karbohidrat dan lemak, tapi miskin kandungan vitamin, mineral dan serat.
Anak-anak yang terbiasa memakan Fast Food yang berminyak, asin atau manis membuat mereka menjadi tidak menyukai makan makanan yang berserat seperti sayur dan buah-buahan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, mencatat kondisi yang memprihatinkan yaitu 95,5 % anak di Indonesia kurang konsumsi sayur dan buah 5 porsi sehari.
Akibatnya banyak anak yang kemudian mengalami kekurangan vitamin, mineral  dan  serat hingga menimbulkan  berbagai penyakit yang mengancam kesehatannya . Penyakit-penyakit itu diantaranya  obesitas, hipertensi, diabetes maupun penyakit degeneratif lainnya baik di masa sekarang atau nanti pada saat mereka memasuki usia dewasa.

Edukasi Gizi Anak
Untuk merubah perilaku seseorang adalah dengan memberi tambahan pengetahuan dan pemahaman  Dengan demikian orang tersebut mencapai tahap kesadarannya untuk merubah perilaku atas kemauannya sendiri. Perubahan perilaku yang didasarkan atas kemauan sendiri biasanya lebih menetap dan bertahan lama dibanding perubahan perilaku yang terjadi atas dasar desakan atau paksaan.
Pada anak-anak, pemberian tambahan pengetahuan lebih mudah dilakukan lewat cerita daripada lewat nasehat langsung. Oleh karena itu untuk merubah pola makan anak yang salah dapat dilakukan dengan memberi edukasi gizi anak lewat cerita.
Disini diperlukan peran masyarakat dan keluarga dalam membudayakan literasi  pada anak, terutama literasi yang mengandung muatan edukasi gizi.
Penulis sebagai bagian dari masyarakat literasi mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan materi-materi terkait edukasi gizi pada anak dengan format cerita yang menarik, tokohnya sesuai dengan karakter anak dan tidak berkesan menggurui. Cerita tersebut juga harus didukung dengan ilustrasi yang menarik dan dapat diterima oleh anak.



Adapun keluarga haruslah mendukung literasi gizi ini, dengan menyediakan waktu dan dana untuk pembelian buku. Buku-buku yang dipilih hendaklah disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak taraf pembaca awal seperti usia PAUD, TK dan kelas 1-3 SD, belilah buku-buku dengan format Picturebook atau buku cerita bergambar, dimana buku ini proporsi gambar lebih banyak daripada tulisan. Tapi walaupun demikian gambar-gambar yang ditampilkan mampu menjelaskan tentang edukasi gizinya. Adapun untuk taraf pembaca lanjut, yaitu kelas 4-6  dapat mulai dikenalkan buku dengan format Kumcer atau kumpulan cerita, dimana buku ini muatan teks dan pengetahuan lebih banyak dibanding gambarnya. Sebaiknya orangtua mendampingi saat anak membaca bukunya, sehingga saat ada hal-hal yang tidak dipahami dapat langsung ditanyakan oleh anak.


Edukasi gizi anak lewat cerita ini terbukti efektif menambah  pengetahuan anak tentang gizi dan  menyiapkan mereka untuk merubah perilaku makannya menjadi lebih sehat. Testimoni dari beberapa orangtua yang membelikan  anaknya beberapa buku saya yang memang kebanyakan bermuatan edukasi gizi, mereka mengatakan kalau sekarang anaknya menjadi lebih tahu tentang makanan bergizi, mengurangi memakan Fast Food serta mulai memilih sendiri makanan-makanan yang lebih sehat.  
Oleh karena itu budaya literasi pada anak perlu terus didorong dan dikembangkan. Lewat cerita yang mendidik kita dapat  menanamkan kebiasaan hidup sehat yang sangat berguna bagi kehidupannya di masa mendatang.  
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga



0 komentar:

Posting Komentar