CHANNEL YOUTUBE SAYA

CHANNEL YOUTUBE SAYA
Dyah Resep dan Info Sehat: Temukan banyak video tentang info gizi dan kesehatan

CHANNEL YOUTUBE SAYA

CHANNEL YOUTUBE SAYA
Banyak video tentang info gizi dan kesehatan

CHANNEL YOUTUBE SAYA

CHANNEL YOUTUBE SAYA
Banyak video tentang info gizi dan kesehatan

CHANNEL YOUTUBE SAYA

CHANNEL YOUTUBE SAYA
Banyak video tentang info gizi dan kesehatan

About Me

Dyah Umi Purnama
Lihat profil lengkapku
Tampilkan postingan dengan label Anak Sekolah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak Sekolah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Juli 2013

Pembinaan Kesehatan Pengajar PAUD




Pada tanggal 6  Juli 2013 bertempat di TK desa Datar, Kecamatan Sumbang telah dilaksanakan  “Pembinaan Kesehatan Pos Paud untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak Usia Dini” yang merupakan kerjasama Tim Pengabdian Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman dengan HIMPAUDI kecamatan Sumbang yang diketuai oleh Ibu Sri Wahyuti, S.Pd.

Kegiatan ini berjalan cukup sukses dengan dihadiri perwakilan dari para pengajar di 23 PAUD  dan para pengurus HIMPAUDI yang ada di Kecamatan Sumbang. Masing-masing PAUD mengirimkan 2 wakilnya untuk menghadiri acara sehingga total peserta adalah 48 orang.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para pengajar PAUD tentang materi kesehatan, untuk menunjang terciptanya pendidikan PAUD yang holistik integratif. Saat ini pemerintah sudah menetapkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai pendidikan yang bersifat holistik integratif, yaitu tidak cuma menekankan hanya pada masalah pendidikan saja tapi juga aspek pelayanan gizi, kesehatan, pengasuhan dan perlindungan anak.

Materi yang disampaikan dalam acara ini, yang pertama disampaikan oleh Dyah Umiyarni P, SKM, MSi dengan materi Metode Penilaian Status Gizi untuk Anak Usia Dini. Isi materinya meliputi cara mengukur tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas yang benar untuk anak usia dini, dan bagaimana cara menginterprestasikan ukuran-ukuran tersebut dalam kategori status gizi.


Materi kedua disampaikan oleh Kusnandar, S.Pd, M.Kes tentang Metode Pengembangan Jasmani pada Anak Usia Dini. Isi materinya diantaranya adalah tentang tahapan pertumbuhan masa kanank-kanak, pengembangan motorik pada anak usia dini  dan program kegiatan pengembangan gerak anak.


Materi yang ketiga disampaikan oleh Almira Sitasari, S.Gz, M.PH tentang Cara Cerdas Memilih Makanan Sehat untuk Anak. Isi materinya meliputi panduan gizi seimbang, kebutuhan gizi anak, tips menyusun menu dan makanan kemasan untuk anak.



Peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti acara ini. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi dengan penceramah tentang materi yang disampaikan. Materi yang diberikan juga dapat cepat diserap, terlihat dari peningkatan pengetahuan dari hasil uji pretest dan saat prestest setelah dianalisis mencapai 49.5 %.



Hal-hal baru yang tadinya dianggap asing saat awal pelatihan, dapat cepat diserap sehingga  pengetahuan pun meningkat. 



Peserta dengan hasil pretest tertinggi adalah Ibu Lina dari PAUD Temulawak 3 Desa Karanggintung.
Peserta dengan nilai tertinggi menerima kenang-kenangan dari Tim Unsoed. Doorprize juga dibagikan kepada pada beberapa peserta lain yang beruntung.


Saya sangat salut dan menghargai kerja para pengajar PAUD, walaupun dengan fasilitas  dan imbalan seadanya di PAUD masing-masing tapi mereka rela memberikan waktu dan ilmunya untuk mendidik para anak usia dini, sehingga anak-anak tersebut bertambah kemampuan dan ketrampilannya untuk mendukung tumbuh kembangnya.



Terimakasih untuk ketua HIMPAUDI Ibu Sri Wahyuti beserta sekretarisnya Ibu Aini yang telah mengkoordinir para anggotanya dan menyediakan segala fasilitas, serta Kepala UPK  Sumbang atau yang mewakili  Bapak Edy Prayitno yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan dan membuka acara.  Semoga materi yang diberikan dapat bermanfaat dan dapat diterapkan untuk meningkatkan pengembangan pendidikan di PAUD masing-masing. 

Terimakasih Bunda, Terimalah Salam dari kami yang ingin maju bersama-sama......***
[ ... ]

Senin, 28 Mei 2012

Pelatihan Penerapan Penilaian Status Gizi dan Tes Kesegaran Jasmani pada Guru Sekolah Dasar


Ada dua hal penting yang berhubungan dengan kesehatan anak sekolah, yaitu status gizi dan tingkat kesegaran jasmani. Status gizi mencerminkan kondisi fisik seseorang, sedangkan kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Hasil analisis data kesegaran jasmani yang dikumpulkan pada kegiatan Sport Devoplemt Index tahun 2006 menunjukkan bahwa kesegaran jasmani masyarakat Indonesia 37,4 % masuk kategori kurang sekali,  43,90% kurang, 13,55 % sedang dan hanya 5,15 % yang masuk kategori baik dan baik sekali (Kemenegpora, 2007). Hal ini cukup memprihatinkan karena tingkat kesegaran jasmani yang sangat rendah di Indonesia.

Sedangkan apabila ditinjau dari status gizi, menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007) di Indonesia prevalensi anak sekolah laki-laki kurus sebanyak 13,3 % dan perempuan sebanyak 10,9 %. Adapun prevalensi anak sekolah laki-laki gemuk sebanyak 9,5 % dan perempuan sebanyak 6,4 %.
Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan status gizi dan tingkat kesegaran jasmani pada anak sekolah penting dilakukan. Data yang terkumpul akan dapat dipergunakan untuk merencanakan progam kesehatan sekolah untuk menanggulangi gangguan kesehatan anak sekolah yang terjadi.

PELATIHAN PENILAIAN STATUS GIZI DAN TKJI


Mengingat pentingnya penilaian status gizi dan tingkat kesegaran jasmani pada anak sekolah dasar maka pada tanggal 26 Mei 2012 sudah dilakukan Pelatihan Penerapan Metode Antropometri dan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk Menilai Status Gizi dan Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar di SDN 1 Purwokerto Kulon, Kecamatan Purwokerto Selatan dengan sasaran peserta adalah para guru penjas dan kepala sekolah se Purwokerto Selatan. 



Pelatihan ini dilakukan oleh Tim pengabdian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang diketuai oleh saya sendiri bersama dengan tim Kusnandar, S.Pd, M.Kes dan Nur Ulfah, SKM, M.Sc, sebagai bagian dari aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Dharma Pengabdian kepada  masyarakat.Pelatihan dibuka oleh Kepala Unit Pendidikan Kecamatan Purwokerto Selatan Drs. Agus Wahidin, M.M.Pd. 

Sebelum materi diberikan, dilakukan uji pretest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang sudah dimiliki oleh para peserta tentang status gizi dan tes kesegaran jasmani. Setelah materi diberikan juga dilakukan pos test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan yang sudah peserta serap selama pelatihan. 


Sebagai penghargaan diberikan Doorprize untuk peserta dengan nilai pretest tertinggi yang diraih oleh Endrayani dari SDN 3 Purwokerto Kulon. Doorprize lainnya juga diberikan kepada peserta yang beruntung sesuai dengan undian. Selain itu peserta juga diberikan modul pelatihan berisi materi tentang Metode Antropometri dan Tes Kesegaran Jasmani. Berikut adalah secara sekilas isi materi modul yang diberikan.

MATERI 1: METODE ANTROPOMETRI UNTUK MENILAI STATUS GIZI

Penilaian status gizi secara langsung yang banyak digunakan adalah penilaian dengan menggunakan metode Antropometri.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh .Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit .
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang digunakan untuk anak sekolah umur 5- 18 tahun yaitu  yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Sebelumnya IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa, tapi melalui website resminya (http://www.who.org) Mulai tahun 2007 World Health Organization (WHO)  telah meresmikan penggunakan IMT untuk anak sekolah usia 5-18 tahun.
Di Indonesia juga sudah diberlakukan  berdasar Kepmenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, untuk anak usia 5-18 tahun penilaian status gizi antropometrinya menggunakan IMT.
Indeks massa tubuh merupakan kombinasi antara pengukuran berat badan dan tinggi badan. Rumus Indeks Massa Tubuh :
BB (dlm kg)/TBXTB (dlm Meter)

Untuk anak usia 5-18 tahun kita tidak bisa langsung mengambil nilai IMT untuk mengkatagorikan dalam kategori normal atau lebih/kurang, tapi harus dibandingkan dulu dengan Standar Deviasi menurut  tabel/grafik IMT anak sekolah yang dikeluarkan oleh WHO. Berikut adalah kategorinya

NO
KATEGORI
NILAI
1.
OBESITAS
>+2SD 
2.
OVER WEIGHT (GEMUK)
>+1 SD sampai dengan +2 SD
3.
NORMAL
-2 SD sampai dengan +1 SD
4.
KURUS
-3 SD sampai dengan -2 SD
5.
SANGAT KURUS
< -3 SD



MATERI 2: TES KESEGARAN JASMANI UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

Menurut  Kementrian Pendidikan Nasional (2010) Kesegaran jasmani atau kata lain Physical Fitness  adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dan bekerja secara optimal dan efisien.
Komponen yang berkaitan dengan tingkat kesegaran jasmani  ada 8 komponen yaitu  :
  1. Daya tahan (endurance)
  2. Kecepatan (speed)
  3. Kekuatan (strenght)
  4. Keseimbangan (balance)
  5. Kelincahan (agalyty)
  6. Koordinasi (coordination)
  7. Kelentukan ( flexibility )
  8. Tenaga Eksposif
Dalam Lokakarya Kesegaran Jasmani tahun 1984 telah disepakati instrumen untuk menilai kesegaran jasmani yang disebut Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Instrumen ini ditetapkan berlaku untuk seluruh Indonesia karena disusun berdasarkan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi untuk 4 kelompok umur, yaitu kelompok umur 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-19 tahun. Umur rata-rata anak yang duduk di bangku sekolah dasar adalah 6-12 tahun, sehingga menggunakan 2 metode TKJI yaitu untuk umur 6-9 tahun dan umur 10-12 tahun.
Rangkaian TKJI untuk anak umur 6-9 tahun terdiri dari :
(1). Lari 30 meter : untuk mengukur kecepatan
(2) Gantung siku tekuk : mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan otot bahu
(3) Baring duduk 30 detik : mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
(4) Loncat tegak : untuk mengukur tenaga eksposif
(5) Lari 600 meter : mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan paru-paru

Rangkaian TKJI untuk anak umur 10-12 tahun terdiri dari
(1). Lari 40 meter : untuk mengukur kecepatan
(2) Gantung siku tekuk : mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan otot bahu
(3) Baring duduk 30 detik : mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut
(4) Loncat tegak : untuk mengukur tenaga eksposif
(5) Lari 600 meter : mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan paru-paru
Untuk butir tes lari dan gantung siku tekuk menggunakan satuan ukuran waktu (menit dan detik), butir tes baring duduk menggunakan satuan ukuran jumlah hitungan gerak, adapun untuk butir tes loncat tegak menggunakan satuan tinggi (cm). Hasil ukurnya kemudian dibandingkan dengan tabel nilai TKJI untuk kemudian ditentukan klasifikasinya termasuk dalam kategori kurang sekali- baik sekali dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan.

Tim pengabdian mengucapkan banyak terimakasih kepada Drs. Agus Wahidin, M.M.Pd selaku Kepala Unit Pendidikan Purwokerto Selatan, Ibu Rasini selaku kepala sekolah SDN 1 Purwokerto Kulon yang telah menyediakan tempat penyelenggaraan dan kepada bapak Muhirin selaku koordinator lapangan. 

Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan siswa sekolah dasar.




[ ... ]

Jumat, 16 Desember 2011

Rendahnya Kemampuan Pengetahuan dan Motivasi Belajar pada Anak Sekolah yang Mengalami Kekurangan Yodium

Bagi orangtua harus lebih waspada dan hati-hati terhadap konsumsi gizi anak-anaknya, terutama anak usia sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Tiwari et al (1996) pada anak sekolah di India menunjukkan bahwa kekurangan yodium pada masa sekolah akan mempengaruhi motivasinya dalam belajar dan kemampuan pengetahuannya.
Penelitian ini dilakukan pada 10 desa yang mengalami kekurangan Yodium di wilayah Padruana India. Enam desa dijadikan sebagai kasus yang memiliki prevalensi  gondok >60 % , merupakan kategori kekurangan Yodium parah ( Severe Iodine Deficiency = SID), dan 4 desa dijadikan sebagai kelompok kontrol, yaitu memiliki prevalensi gondok < 10 % dan masuk dalam kategori kekurangan Yodium sedang ( Mild Iodine Deficiency = MID). Sampel yang diambil adalah 100 anak (50 orang berusia 9-12 tahun dan 50 orang berusia 12-15 tahun). Dari kelompok SID, adapun kontrol dari MID juga dipilih 100 anak.

Uji yang dilakukan yaitu analisis Biokimia dan materi pengetahuannya. Analisis Biokimia meliputi analisis urin dan darah. Urin dianalisis bagaimana ekskresi urin, serum thyroxine dan thyroid stimulating hormone (TSH).
Uji yang cukup menarik dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan pengetahuannya. Ada 4 uji yang dilakukan meliputi :
  1. Human Styluz Maze
Menggunakan sebuah permainan dengan labirin dimana subjek diminta untuk menganalisis labirin secepat mungkin. Angka kesalahan dan waktu diambil dalam detik untuk mencapai poin yang ditentukan.
  1. Verbal Learning
Kemampuan verbal dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa India, dimana masing-masing terdiri dari 15 kata dengan kategori binatang, buah-buahan, sereal, dan peralatan. Masing-masing item ditulis pada kartu-kartu dengan ukuran 8-13 cm. Ada 2 metode : Free recall method, yaitu kartu-kartu tersebut harus dipresentasikan satu persatu oleh anak dengan kecepatan 2 detik per kartu, sedang metode kedua yaitu: serial recall method, kartu-kartu tersebut harus menyebutkan kembali kartu-kartu yang sudah dipresentasikan tersebut tanpa melihat kartunya.
  1. Pictorial Learning
Diambil gambar 20 orang anak laki-laki dengan umur yang sama, baju yang sama dan wajah yang hampir mirip. Pertama anak ditunjukkan 10 foto pertama, kemudian foto 10 berikutnya dicampur dengan foto pertama. Anak harus bisa memilih 10 foto yang pertama ditunjukkan tadi.
  1. Achievement Motivation Scale
Skala ini untuk menguji kompetensi, keyakinan, kecenderungan untuk meraih sukses, keinginan untuk menjadi unggul di sekolah, dan phase-phase lainnya.




Hasilnya menunjukkan pada anak kelompok SID lebih buruk hasilnya daripada anak-anak pada kelompok MID. Mereka lebih banyak mengalami kesalahan saat dilakukan uji labirin, kemampuan verbalnya  lebih rendah, banyak melakukan kesalahan saat uji foto dan mempunyai motivasi yang rendah juga dalam pencapaian prestasi belajar.  

Penelitian ini menunjukkan bahwa kekurangan yodium pada anak sekolah akan membuat anak-anak tersebut mengalami kemampuan kognitif yang rendah yang berhubungan dengan gangguan pada sistem syaraf otak pusat. Kekurangan yodium akan menyebabkan gangguan formasi dan konsolidasi pada  sistem syaraf tersebut. Selain itu penelitian ini menemukan bahwa anak-anak tersebut juga mengalami motivasi belajar yang rendah. Hal ini menunjukkan kekurangan yodium juga berpengaruh pada berkurangnya stimulasi secara psikologis. Pada desa yang mengalami endemik kekurangan yodium, lingkungannya sudah terbentuk apatis dan tanpa motivasi, sehingga anak-anak yang tumbuh pada lingkungan tersebut juga mengalami hal yang sama.

Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah apabila kekurangan yodium menjadi faktor penghambat perkembangan kognitif anak pada tahap awal kehidupan anak, maka potensi dasar dalam tahap selanjutnya tidak dapat meningkat, bahkan jika kesempatan belajar telah tersedia ***

Sumber :
Banarasi D Tiwari, Madan M Godbole, Naibedya Chattopadhyay, Anita Mandal, and Ambrish Mithal. Learning Disabilities and Poor Motivatition to Achieve due to Prolonged  Iodine Deficiency.  Am J Clin Nutr 1996;63;782-6

Contributed by : Kelompok 8 PSG 2009 – Toni,Agung,Septa,Mufida dan Dinar-
[ ... ]